Jangan lupa baca postingan sebelumnya yaa
Jadi keesokan harinya kita harus bersiap-siap untuk masuk kuliah,
meskipun fisik belum benar-benar fit tapi mau gimana lagi aturannya harus kaya
gitu, ya sudah kita ikutin saja. Dan pertama kali ketika kita keluar dari
asrama luar biasa dinginnya, mungkin suhunya kira 5 derajat °C itu bagi kami
sangat dingin sekali, di tambah saya hanya memakai jaket tebal yang hanya di
khususkan untuk suhu daerah bandung, jadi dinginnya berasa sampai ke
tulang-tulang. Setelah selesai bersiap-siap kita langsung berangkat menuju
kampus yang jaraknya hanya 100 m dari asrama kita tinggal, sesampai di kampus
kita langsung mencari gedung dan ruangan kelas yang sudah di kasih tahu nomor
ruangan sebelumnya, kemudian kita mencari dan akhirnya ketemu lalu kita
menunggu di ruangan kelas itu dan tak berapa lama tiba-tiba datang seorang
dosen tidak terlalu tinggi badannya dan sudah tidak muda lagi mungkin sekitar
60 tahun umurnya dan beliau langsung memperkenalkan diri dihadapan kami dan
menjelaskan berbagai hal dan pada akhirnya beliau adalah wali kelas kita selama
kita kuliah di situ, dan sekaligus juga kita memperkenalkan diri kita
masing-masing di hadapan beliau, dan juga memilih ketua kelas dan
yang menjadi ketua kelas pada waktu itu adalah si em, dia ini orang nya lumayan
pintar, dewasa, dan sedikit ngeselin, habis itu kita mendapatkan jadwal mata
pelajar untuk semester pertama, karena di hari itu tidak ada jadwal pelajaran
hanya sekedar perkenalan maka sehabis ketemu wali kelas kita langsung kembali
ke asrama dan keesokan harinya karena kita sudah dapat jadwal dan ternyata
jadwal nya adalah tentang IOT (Internet Of Things) dan yang mengajar kita
adalah kita sebut saja bapak C pul pul kenapa kita sebut seperti itu tujuannya
adalah mempermudah kita mengingat beliau karena beliau ini kalau menyebut C++
(salah satu bahasa pemrograman) selalu dengan kaliamat c pul pul, beliau ini
orangnya lumayan seram dan tegas tapi terkadang lucu buat kita, pada saat
pertama kali beliau mengajar kita, beliau ini menggunakan bahasa inggris khas
orang korea generasi 50 an yang logat bahasa inggrisnya itu masih dengan logat
bahasa korea dan ada suatu kata yang membuat saya sedikit kebingungan pada
waktu itu yaitu kata “era” dan “owa” yang pada akhirnya saya ketahui bahwa kata
itu adalah “eror” dan “or” namum bagaimana pun juga saya sangat mengapresiasi
usaha beliau untuk menggunakan bahasa inggris, karena waktu itu kita belum bisa
sama sekali bahasa korea kecuali membaca. Dan pada saat itu, kita belajar sama beliau
dengan santai tapi serius dan terkadang beliau juga sedikit ketawa saat
menjelaskan pelajaran dan itu membuat kita menjadi tidak terlalu tegang saat
belajar, dan tak terasa mata kuliah di hari itu selesai dan kita pun akhirnya
bisa balik lagi ke asrama, setelah itu saya dan teman saya yang bernama rizky
mencoba untuk belanja kebutuhan pokok karena bekal dari Indonesia hanya indomie
doang jadi mau ngga mau kita harus belanja, untungnya kampus di situ sudah
menyediakan bus kecil antar jemput (Shuttle) untuk menuju ke bawah, karena
kampus kita bangunannya lumayan ada di atas bukit jadi memerlukan mobil antar
jemput, lalu setela kita sampai di bawa kita coba cari-cari toko swalayan
khusus yang menjual makanan asia kita coba tanya-tanya ke orang dengan bahasa
korea yang terbata-bata dan akhirnya ketemu habis itu kita cari-cari bahan
makan yang kita perlukan seperti minyak, telor dan lain-lain. Dan yang tak
pernah saya lupakan adalah saya membeli beras yang mana beras itu dari thailand
yang harganya lumayan paling murah, setelah kita selesai belanja kita langsung
kembali ke asrama dan mencoba memasak bahan-bahan yang tadi kita beli, lalu
kita langsung menuju dapur yang sudah di sediakan khusus untuk kita, pada waktu
itu kita pertama kali masak di luar negeri dengan suhu yang lumayan dingin, di
dapur kita masak bareng-bareng dengan yang lain, dengan masakan khas Indonesia
yaitu telor dadar, dan hal yang paling tidak terlupakan adalah pada saat saya
makan nasi dari thailand saya kaget ternyata nasi nya keras dan kasar, disitu
saya sadar mengapa beras ini harganya murah di banding yang lain, cuma pada
saat itu tidak ada pilihan lain karena saya harus benar-benar menghemat
keuangan selama hidup di Korea Selatan. [To be Continue]