Daftar 100 Universitas / Perguruan Tinggi Terbaik Di Indonesia 2018


Ranking Indonesia
Ranking Dunia
Daftar Universitas
1
839
2
859
3
1129
4
1314
5
1414
6
1633
7
1704
8
1737
9
1751
10
1959
11
2040
12
2203
13
2262
14
2537
15
2617
16
2623
17
2631
18
2694
19
2938
20
2981
21
3076
22
3078
23
3092
24
3124
25
3172
26
3330
27
3490
28
3604
29
3636
30
3668
31
3712
32
3725
33
3804
34
3830
35
3854
36
3873
37
3883
38
3966
39
3973
40
4007
41
4033
42
4047
43
4090
44
4095
45
4197
46
4249
47
4258
48
4325
49
4347
50
4406
51
4430
52
4461
53
4495
54
4520
55
4528
56
4571
57
4574
58
4628
59
4653
60
4706
61
4725
62
4731
63
4739
64
4823
65
4823
66
4836
67
4890
68
4895
69
5012
70
5075
71
5083
72
5133
73
5146
74
5190
75
5201
76
5250
77
5279
78
5425
79
5430
80
5490
81
5511
82
5516
83
5583
84
5596
85
5601
86
5629
87
5635
88
5676
89
5691
90
5706
91
5722
92
5739
93
5829
94
5835
95
5847
96
5893
97
5909
98
5911
99
5933
100
5941



Source : webometrics

Cara Menambahkan Tabel Database Dengan phpMyAdmin

Hi apakabar semuanya semoga kalian baik-baik saja yaaa
Postingan kali ini adalah kelanjutan dari postingan sebelumnya. Kalian bisa melihatnya Disini, sekarang saya akan membagikan bagaimana cara menambahkan Tabel Database dengan phpMyAdmin. Oke langsung saja

Langkah pertama yaitu kalian harus masuk dulu ke phpMyAdmin yang ada di komputer kalian, setelah kalian masuk coba kalian klik database yang ingin kalian tambahkan tabel nya, tapi untuk postingan kali ini saya akan menggunakan database di postingan sebelumnya, gambarnya seperti di bawah ini


jika di komputer kalian sudah seperti gambar yang ada di atas, langkah selanjutnya yaitu adalah kalian klik nama tabel yang ingin di tambahkan, disini nama tabel adalah "mhs". Jika sudah di klik maka akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini

selanjutnya coba kalian klik "Struktur" maka akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini

setelah itu kalian isi kan berapa kolom yang ingin di tambahkan ke tabel tersebut di bagian no. 1, disini saya hanya menambahkan satu kolom saja, sedangkan untuk no. 2 adalah tempat penempatan kolom baru, di sini saya akan menempatkan kolom barunya "Setelah Jurusan", setelah itu kalian klik "Kirim". Setelah itu akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini

untuk tampilan gambar yang ada di atas, kalian harus isi kolom-kolom tersebut sesuai dengan kebutuhan kalian, kemudian setelah selesai semua, selanjutnya kalian klik "Simpan". Kemudia coba kalian cek apakah tabel kalian berhasil di tambahkan atau tidak jika berhasil maka tampilannya seperti gambar di bawah ini. Jadi yang tadinya tidak ada "No. Telp" Sekarang muncul di bawah kolom "Jurusan"

Mungkin sekian dulu postingan untuk kali ini, semoga bermanfaat jika ada pertanyaan atau masih bingung coba kalian tanyakan saja lewat kolom komentar. Terima kasih






Cara Mengkoneksikan Database MySql Ke Java Programming Dengan Netbeans

Apa kabar semuanya kali ini saya akan membagikan bagaimana caranya menghubungkan/ mengkoneksikan antara Database MySql dan Pemrogramman Java dengan Netbeans. Oke langsung saja,  langka pertama yang  harus kalian lakukan adalah buka database phpMyadmin kalian, setelah kebuka langkah selanjutnya adalah buat database baru seperti yang ada di gambar, dan untuk yang di bagian kolom yang saya beri warna merah kalian tulis nama database yang kalian inginkan tapi di sini saya menulis nama databasenya dengan "db_kampus" setelah kalian buat namanya langkah selanjutnya yaitu klik button "Buat"









Kemudian untuk penamaan tabel nya kalian bebas mau menulisnya apa, tapi di sini saya menulisnya "mhs" atau singkatan dari "mahasiswa" dan untuk jumlah kolomnya saya hanya menulisnya 4, tetapi kalau mau lebih juga tidak mengapa kemudian klik "Kirim", untuk lebih jelasnya kalian bisa langsung lihat gambar di bawah ini






Langkah selanjutnya pengisian di setiap kolomnya, untuk hal ini kalian bisa langsung aja yah lihat di gambar, tapi untuk "Primery key" saya gunakan "NIM"










Jika langkah di atas sudah di ikuti semua maka hasilnya akan seperti gambar yang ada di bawah ini, itu artinya database kalian sudah selesai di buat







Kemudian, cara untuk menghubungkan ke Pemrogramman Java nya dengan menggunakan Netbeans langkah nya seperti di bawah ini

1. Buka aplikasi Netbeans
2. Buat "New Project" seperti gambar di bawah ini












3. Tulis nama project nya sesuai yang kalian inginkan, tapi di sini saya 
    menulisnya "DB_koneksi" setelah itu kalian klik "Finish"















4. Setelah project barunya berhasil di buat, langkah selanjutnya yaitu 
    kalian menambahkan "Library" untuk databasenya, caranya coba 
    kalian klik kanan mouse kalian kemudian klik "Add Library"  lebih 
    jelasnya kalian bisa lihat gambar di bawah ini
















5. Langkah selanjutnya kalian cari "MySQL JDBC Driver" setelah ketemu 
    kalian klik, biar lebih jelas kalian bisa lihat gambar di bawah ini




















6. Jika kalian berhasil menambahkannya maka hasilnya seperti yang ada 
    di bawah ini















7. Kemudia coba kalian tulis kode yang ada di bawah ini












Kode :

public class DB_Koneksi {
    /**
     * @param args the command line arguments
     */
    public static void main(String[] args) throws ClassNotFoundException {
        // TODO code application logic here
            Connection con = null;
       
            String driver = "com.mysql.jdbc.Driver";
            String url = "jdbc:mysql://localhost:3306/db_kampuss"; // Samakan 
dengan nama database anda
            String user = "root"; // Username
            String pass = ""; // Passowrd

        try {
            Class.forName(driver);
            con = DriverManager.getConnection(url,user,pass);           
            JOptionPane.showMessageDialog(null, "Database Berhasil !!! ");
        } catch (SQLException e) {
            JOptionPane.showMessageDialog(null, "Database Gagal !!! " +e.getMessage());
           
        }
    }
   
}


8. Jika selema pembuatan tidak ada masalah maka ketika "Running" 
    hasilnya seperti gambar di bawah ini











Mungkin untuk postingan ini cukup sampai di sini aja, jika kalian menemukan kesalahan di postingan ini atau ingin bertanya, kalian bisa beritahu saya lewat komentar ya, cukup sekian dan terimakasih atas kunjungannya


Sitemap


Sejarah Indramayu

Bagian - 4 atau Terakhir 

Sebenarnya ada pengaruh kultur lain yang juga amat kuat, yang ada di wilayah barat (seperti di Kecamatan Bongas, Patrol, Sukra, Anjatan, dan Haurgeulis). Pengaruh itu berasal dari pesisir utara-barat Jawa Tengah (Tegal-Brebes). Mungkin lebih tepatnya bukan pengaruh, tetapi lebih sebagai “urbanisasi” awal abad ke-20 melalui jalur kereta api dari Tegal-Brebes ke wilayah barat Indramayu. Penduduk dari wilayah timur Indramayu juga pada kurun waktu yang sama melakukan “urbanisasi” ke barat, seperti dari Krangkeng, Juntinyuat, Sliyeg, Kertasemaya, dan kecamatan lainnya. Saat itu wilayah barat memiliki daya tarik tersendiri, terutama tanah yang masih perawan dan ketersediaan air yang melimpah dengan adanya bendungan yang dibangun pemerintah kolonial Belanda dekade 1920-an. Pengaruh bahasa Jawa dialek Tegal-Brebes dan logat wilayah timur Indramayu masih terasa hingga kini.

Yang menjadi catatan tersendiri adalah wilayah Kecamatan Lelea dan Kandanghaur, yang secara geografis terlalu “jauh” untuk dipengaruhi kultur Sunda. Hingga kini pengaruh Sunda di beberapa desa di dua kecamatan tersebut cukup kuat. Meski dalam beberapa kosa kata tidak sama dengan bahasa Sunda di wilayah Pasundan dan cenderung dianggap kasar, bahasa Sunda tetap digunakan dalam keseharian di wilayah tersebut. Sunda-Lea dan Sunda-Parean (maksudnya bahasa Sunda yang digunakan di Lelea dan Parean/Kandanghaur), menjadi keunikan tersendiri dalam khazanah bahasa Sunda dan bisa jadi merupakan bahasa Sunda sempalan yang hidup di lingkungan Jawa-pesisir. Fenomena ini, tentu saja, bukan terjadi dengan sendirinya. Sesuatu yang ada sekarang, hampir pasti memiliki keterkaitan dengan masa lalu. Masa lalu itu adalah akar sejarah.

Selanjutnya daerah kekuasaan Sumedang di sebelah utara seperti Kandanghaur, Lelea, dan Haurgeulis (Indramayu), dan Sindangkasih (Majalengka) satu demi satu dikuasai kerajaan Islam Cirebon. Dalam menakulukkan daerah Sindangkasih dan Kandanghaur ini banyak berperan dua orang cucu Sunan Gunung Jati: Pangeran Sentana Panjunan dan Pangeran Wira Panjunan. Daerah Galuh dan Sumedang sendiri tetap merdeka sehingga ditundukkan oleh Sultan Agung Mataram yang berhasil menguasai antara Citanduy dan Cisadane pada tahun 1620 (Rokhmin Dahuri, Bambang Irianto, dan Eva Nur Arofah, 2004).

Penjelasan Sumedang pernah menguasai tiga daerah di Indramayu, yakni Kandanghaur, Lelea, dan Haurgeulis setidak-tidaknya tampak pada kultur yang masih lekat hingga kini, yakni bahasa Sunda. Ketika beralih pada kekuasaan Cirebon, ada peninggalan di Kandanghaur yang bisa jadi berasal dari nama seorang pangeran asal Cirebon, yakni nama desa, Wirapanjunan. Kurun waktu kekuasaan Cirebon atas tiga daerah di Indramayu saat Cirebon mencapai puncak kejayaan, sebagaimana dikemukakan R.A. Kern (1973: 21), yang diperkuat F. de Haan (1912: 33-41) bahwa Cirebon telah berhasil melebarkan wilayah kekuasaan dan sekaligus dapat mengislamkan daerah-daerah pedalaman Sunda, seperti Rajagaluh (1528) dan Talaga (1530) (Rokhmin Dahuri, dkk, 2004: 62).

Jangan lupa wilayah sentral Indramayu, tempat dikendalikannya pemerintahan, yakni Kecamatan Indramayu dan Sindang, merupakan lingkungan “keraton” dan “ibukota” yang dibangun Wiralodra. Wilayah yang secara arkeologis cenderung sebagai kota pemerintahan bercorak Islam-Jawa. Sungai Cimanuk yang membelah kedua kecamatan itu juga, sebenarnya dulu menjadi urat nadi perekonomian dan militer, yang hilirnya adalah pelabuhan. Kompleks pecinan dan perkampungan arab yang ada di sekitarnya menjadi penanda tersendiri akan keberadaan masa lalu itu.

Satu hal yang belum dikemukakan adalah wilayah pesisir Indramayu yang kini terbentang di 12 kecamatan, dengan panjang pantai mencapai 114 km. Dengan keluasan Laut Jawa yang menjadi gerbangnya, sangat mungkin menjadi pintu masuk akan berbagai pengaruh sosial, ekonomi, budaya, dan agama dari berbagai daerah dan bangsa. Agak serius untuk mendiskusikan hal ini lebih jauh. Yang jelas adanya kerajinan batik di Paoman yang motifnya serupa dengan Lasem (Rembang), kerajinan gerabah di blok Anjun (Paoman) dan Wirapanjunan (Kandanghaur) juga memiliki nama sama dengan lokasi kerajinan gerabah di Panjunan (Cirebon).

Hal di atas bisa dihubungkan dengan kedatangan Syarif Abdurrakhman beserta ketiga adiknya di Cirebon pada tahun 1464. Mereka adalah putra-putra Sultan Sulaeman dari Baghdad, Irak, yang berguru kepada Syeh Nurul Jati dan Mbah Kuwu Cakrabuana. Mereka kemudian menetap di Panjunan. Nama panjunan itu berasal dari anjun, barang-barang keramik yang terbuat dari tanah liat.

Beliau besarta pengikutnya menyebarkan agama Islam, membangun mesjid, dan juga mengerjakan sebuah karya anjun yaitu membuat barang-barang keramik dari tanah liat. Dari sinilah tempat itu disebut panjunan. Beliau juga membuat taman lelangu / taman untuk istirahat dan penenang hati memandang ke alam bebas / panorama gunung Ciremai. Dari sinilah tempat itu disebut Plangon (kawasan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon). Di sini pulalah makam beliau (P.S. Sulendraningrat, 1975).

Rumah-rumah penduduk di Junti yang bergaya Majapahit menandaskan keterpengaruhan itu. Nama-nama desa di pesisir Indramayu juga menyiratkan keterpengaruhan nama dari luar. Antara Karangampel-Balongan, misalnya, ada lima nama yang juga memiliki kesamaan dengan nama di Jawa Timur, yaitu seperti Kamal, Tuban, Sampang, Lombang, dan Majakerta.

Keterkaitan dengan Majapahit ini bisa jadi karena ekspansi kerajaan besar tersebut ke seluruh nusantara saat Prabu Hayam Wuruk berkuasa dengan Mahapatih Gajah Mada pada abad ke-14. Data yang paling dekat adalah pada abad ke-15 atau antara taun 1491 dan 1492, yaitu adanya perkawinan Sunan Gunung Jati dengan Nyai Ageng Tepasari, putri Ki Ageng Tepasan, mantan penguasa di daerah Majapahit yang kemudian ikut Raden Patah, Sultan Demak. Dari perkawinan Sunan Gunung Jati dengan Nyi Ageng Tepasari dikaruniai dua anak, yaitu Nhay Ratu Ayu dan Pangeran Mohamad Arifin (Pangeran Pasarean) (Dasuki 1977; Sunardjo, 1983).

Melihat wilayah sosio-kultural yang terpotret sekarang ini, sekali lagi, bukan sebuah kejadian yang berdiri sendiri. Ada pengaruh dari benang merah masa lalu yang bernama sejarah. Masalah yang muncul, apakah benar Indramayu, yang terbentang dari Sukra-Gantar hingga Kertasemaya-Krangkeng, yang pernah berhubungan dengan Pajajaran, Demak, Cirebon, Sumedanglarang, Galuh, Banten, Mataram, bahkan bangsa asing, yang memiliki latar sosio-kultur yang tidak “tunggal”, hanyalah pengaruh Wiralodra semata? Selama ini pengungkapan sejarah di Indramayu lebih banyak berdasarkan terjemahan dan tafsir naskah-naskah tradisional, yang merupakan sumber sekunder. Sebuah pengungkapan yang cenderung hanya sampai pada ranah dan perspektif sebagai sejarah peteng, yang bisa ditafsirkan sebagai kegelapan sejarah karena belum ada relasi yang tegas dengan sumber-sumber primer. 

Sumber: Komunitas Orang Indramayu [Facebook]

Sejarah Indramayu

Bagian - 3 


Jejak-jejak Cirebon secara sosio-kultural di beberapa desa yang ada di tiga kecamatan (Krangkeng, Karangampel, Juntinyuat) hingga kini masih terasa. Yang paling kentara adalah dalam penggunaan kosakata isun (saya) masih tetap dipergunakan (terutama di beberapa desa di Kecamatan Krangkeng, perbatasan Kabupaten Cirebon-Indramayu) dibandingkan penggunaan reang atau kita sebagaimana digunakan secara umum di wilayah kecamatan lainnya. Begitu pula penggunaan kata tunjuk untuk menunjukkan yang jauh, agak dekat, dan dekat, masih tetap menggunakan lah, lih, dan luh. Bukan kah, kih, dan kuh. Pamakaian kosakata seperti itu serupa yang dipakai di Cirebon.

Dalam buku ”Mengenal Kasultanan Kasepuhan Cirebon” (2004) malah ditegaskan, pada abad ke-14 batas pemukiman baru di Lemahwungkuk (cikal bakal Caruban/Cirebon) yang dipimpin Ki Gede Alang-alang yang diangkat Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi adalah Kali Cipamali (sebelah timur), Cigugur Kuningan (sebelah selatan), pegunungan Kromong (sebelah barat), dan Junti (sebelah utara).

Akan halnya Junti, daerah ini disebut-sebut dalam cerita tradisional Cirebon dalam episode kedatangan Dampu Awang, seorang pedagang dari Cina yang beragama Islam. Tokoh ini identik dengan Sam Po Kong atau Sam Po Toa Lang atau Sam Po Toa Jin atau Sam Po Bo (P.S. Sulendraningrat, 1975; H.A. Dasuki, 1977). Dalam perjalanan di Pulau Jawa, Dampu Awang tertarik putri Ki Gedeng Junti, tetapi cintanya itu bertepuk sebelah tangan. Ia memaksa. Ki Gedeng Junti menolak halus lamarannya, kemudian membuat strategi dengan mengadakan sayembara. Jika Dampu Awang mampu merobohkan bambu ori yang tebalnya dua meter dan tingginya tiga meter yang mengelilingi rumah Ki Gedeng Junti dalam waktu satu malam, lamaran itu akan diterima. Dampu Awang menggunakan akalnya. Ia umumkan kepada rakyat untuk menaburkan emas di tembok bambu itu. Rakyat berebut emas dengan berbagai cara. Pagar bambu pun porak-poranda. Ki Gedeng Junti dan putrinya menolak tipu muslihat ini, lalu lari dan meminta perlindungan Syeh Bentong, seorang wali di Kesenden Cirebon. Dampu Awang mengejar dan bentrok dengan Syeh Bentong. Dampu Awang kalah, lalu lari ke Palembang. Syeh Bentong menikah dengan Putri Junti, selanjutnya rakyat Junti memeluk agama Islam mengikuti ajaran Syeh Bentong.

Kronologis dalam cerita babad seperti itu tampaknya terjadi di mana-mana. Ada tema cinta ditolak, strategi menolak lamaran secara halus, dan waktu semalam sebagai syarat lamaran diterima. Pada legenda Sangkuriang-Dayang Sumbi juga demikian. Syarat cinta diterima itu adalah agar dibuatkan sebuah perahu dalam waktu semalam. Begitu pula Roro Jonggrang yang minta dibuatkan seribu candi dalam waktu semalam.

Perspektif lain tentang Dampu Awang ini tidak menyentuh sama sekali daerah Junti. Tahun 1418 Dampu Awang (mungkin nama aslinya Ma Huang) bersama istrinya, Nhay Rara Ruda (kakak perempuan Ki Gedeng Tapa) bersama-sama pula Nhay Aci Putih dan Nhay Subang Larang pergi berlayar dari negeri Singapura (nama salah satu negeri di Cirebon) ke Malaka. Apakah bertolak dari Celangcang atau Muara Bondet atau dari Muara Jati, tidak jelas. Menurut cerita rakyat, Celangcang adalah pelabuhan zaman dahulu, yang namanya berasal dari kata nyangcang, artinya mengikat atau menambat perahu. Yang ditambat adalah perahu Dampu Awang, karena lebih besar dibanding perahu-perahu lainnya (Sunardjo, 1983).

Jejak Indramayu secara geografis memang hanya diketemukan pada naskah-naskah dengan derajat sebagai sumber sekunder, seperti sumber-sumber di atas, kecuali Regerings Almanak voor Nederlands Indie 1869. Hal ini bisa jadi merupakan sebuah fenomena kelangkaan sumber primer, karena “terjepit”-nya masa-masa dinamis itu. Penulis sejarah Jawa Hindu yang telah silam umumnya sudah berhenti menulis, jauh sebelum sampai pada tokoh Senopati; sedangkan ahli sejarah Kompeni hampir tidak menyadari bahwa para pahlawan negerinya telah mengganggu perkembangan suatu kerajaan Jawa yang perkasa.

Abad XVI menjadi anak tiri yang terlantar dalam sejarah Jawa, terhimpit antara dua bidang penelitian yang besar dan banyak tuntutannya: arkeologi Jawa dan sejarah kolonial. Ahli sejarah Islam yang mendalami sejarah kerajaan Islam, menjauhi masalah yang menarik itu. Ahli sejarah Jawa lebih tertarik pada sejarah tertulis yang lebih tua daripada masa Mataram Baru. Hanya beberapa orang saja, seperti Brandes dan Rouffaer yang mendalami satu dua masalah dari masa yang gelap ini (H.J. de Graff, cet.kedua, 1987).

Meski dalam historiografi tradisional menyebutkan nama Dermayu mulai digunakan sejak abad ke-16 atau ke-17, siapa sangka jika sebagian wilayahnya (sebelah timur sungai Cimanuk) pada jaman pemerintahan Belanda abad ke-19, nama yang muncul adalah Bengawan wettan, salah satu dari lima keregenan (regentschappen) di bawah Keresidenan Cheribon, selain Kereganan Cheribon, Madja, Galo, dan Koeningan (besluit van commissarissen-general over Nederlandsch-Indie, tanggal 5 Januari 1819). Keregenan Bengawan wettan meliputi sungai Singapura, dari muara sungai di laut ke arah atas sampai jalan pos di Desa Jamblang, jalan ini ke barat sampai sungai Cimanuk di penyebrangan di Karangsambung, selanjutnya sungai Cimanuk ini sampai muaranya ke laut.

Peristiwa “Pemberontakan Bagus Rangin” di sekitar Bantarjati-Jatitujuh pada awal abad ke-19 agaknya menyiratkan wilayah tersebut sebagai bagian Kabupaten Indramayu (Bengawan wettan).

Jika dilihat pada era kekinian, sebenarnya wilayah Indramayu sekarang selain bertambah, sebenarnya juga berkurang. Di bagian tenggara Kabupaten Indramayu, sekitar perbatasan Kecamatan Bangodua, beberapa desa bukan lagi milik Indramayu. Dulu, konon Kecamatan Jatitujuh dan sekitarnya pernah masuk dalam wilayah Kabupaten Indramayu. Kini di wilayah perbatasan kultural Sunda-Jawa itu sudah masuk Kabupaten Majalengka. Tidak heran jika hubungan emosional desa-desa di sekitar itu tetap ada. Ragam budaya, seperti jenis kesenian dan adat-istiadat pun menampakkan kecenderungan yang seragam. Tarling, topeng, wayang kulit –yang merupakan jenis kesenian Jawa-pesisir Cirebon-Indramayu, biasa dinikmati masyarakat Jatitujuh, yang juga menikmati kesenian Sunda.

Dasuki (1977) menjelaskan setelah tahun 1910 daerah Indramayu sebelah barat sungai Cimanuk dibagi dalam enam kedemangan, yaitu Kedemangan Kandanghaur, Losarang, Pamayahan, Pasekan, Bangodua, Jatitujuh, dan Lelea. Adapun daerah Indramayu sebelah timur Cimanuk dibagi dalam tiga kawedanan yaitu Kawedanan Indramayu, Karangampel, dan Sleman (Jatibarang).

Di wilayah selatan, barat daya hingga barat Kabupaten Indramayu, yang berbatasan langsung dengan wilayah kultural Sunda, pengaruh kebudayaan Sunda sangat kuat. Di sebagian desa di Kecamatan Terisi hingga Haurgeulis dan Gantar, pengaruh itu malah memiliki asal-usul penduduk yang memang berasal dari wilayah Sunda. Komunikasi sosial dan kultural itu terjalin hingga kini menjadi sebuah akulturasi yang Dermayu. [Bagian sebelumnya klik disini]

Sumber : Komunitas Orang Indramayu [Facebook]

100 Universitas Terbaik Dunia 2019 / 100 Best Universities In The World 2019 New Update

Update pada tanggal 29 Agustus 2019 Ranking Dunia Universitas 1 Harvard University 2 Stanford U...